Malang – Belum
hilang rasa lelah, belum terobati capeknya, bahkan belum sempat pulang untuk
ketemu keluarga yang menunggu dirumah setelah ditinggal sekitar 1 (satu) bulan.
Tim Relawan dari DT Peduli (Daarul Tauhid) langsung menuju ke lokasi yang
sangat membutuhkan jembatan untuk menyeberangi Sungai Kuncir di Desa Cepoko,
Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Seperti berita yang sempat dimuat dibeberapa media lokal beberapa
waktu yang lalu, bahwa di Desa Cepoko, Kec Berbek, Kab Nganjuk ada 2 (dua)
Dukuh/Dusun yang terputus oleh sungai dan tidak ada jembatan penghubung, yaitu
Dukuh Bayeman dengan Dukuh Tahunan. Masyarakat Dukuh Tahunan harus menyeberangi
sungai dengan susah payah ketika harus Sholat Jum’at ke Dukuh Bayeman. Bukan
hanya itu, mereka juga harus memikul keranda mayat dengan menyeberangi sungai
tersebut jika akan memakamkan jenasah warga yang meninggal dunia.
Berita tentang kondisi ini sampai juga ke teman-teman relawan
DT Peduli cabang Surabaya, sehingga dimasukkan menjadi rencana program Jembatan
Peduli Negeri berikutnya. Ketika rencana ini sedang dalam pembahasan, ternyata
bertepatan dengan kepulangan Tim Jembatan Peduli Negeri dari Samarinda,
Kalimantan Selatan setelah menyelesaikan program yang sama yaitu Jembatan
Peduli Negeri disana.
Tanpa menunggu lama-lama, rencana ini langsung disampaikan
kepada relawan yang dalam perjalanan pulang dari Kalimantan menuju ke Jawa
Barat, yang kebetulan rencananya menyeberang ke Tanjung Perak, Surabaya.
“Jangan pernah lelah
untuk berbuat baik”, rupanya semangat ini masih tetap melekat dijiwa
teman-teman relawan, ini dibuktikan dengan mengabulkan permintaan dari Relawan
DT Peduli Surabaya untuk mampir ke Nganjuk, melakukan survey lokasi yang sangat
membutuhkan jembatan penghubung antar 2 (dua) dukuh/dusun tersebut.
Sabtu ( 21/8/2021) malam, sekitar pukul 22:00 WIB, kabar
rencana survei lokasi di Nganjuk ini disampaikan juga kepada kami (penulis)
yang kebetulan juga relawan kebencanaan dan sering bersinergi dengan Tim
Relawan yang sedang dalam perjalan dari Kalimantan tersebut, di beberapa lokasi
bencana alam di Indonesia. Tanpa pikir panjang kamipun menyanggupi untuk
menemani survei besuk pagi, sekaligus ajang temu kangen diantara kami para
relawan.
Minggu (22/8/2021) pukul 10:15 WIB rombongan Relawan DT
Peduli yang berjumlah 10 (sepuluh) orang
yang terdiri dari 5 (lima) orang yang dari Kalimantan menuju Jawa Barat,
ditambah 5 (lima) orang dari Kantor Cabang Surabaya, sampai dilokasi Balai Desa
Cepoko. Tidak menunggu lama-lama, kami yang sudah menunggu dilokasi dari pukul
09:30 WIB langsung menghubungi Kepala Desa Cepoko, untuk menyampikan
rencana-rencana tersebut. Bapak Kholid Iskandar sebagai Kepala Desa sangat
terkejut dan sekaligus senang mendengarkan rencana yang disampaikan oleh Kepala
Bagian Program DT Peduli Cabang Surabaya, Bayu. “Kok tidak ada pemberitahuan sebelumnya pak...” ujar Pak Kholid. “Kami sangat senang dan sekaligus kaget...”
lanjutnya. “karena sudah beberapa kali
kami ajukan ke pemerintah dan sudah beberapa kali disurvei, tapi belum
direalisasi” tambahnya.
Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu warga yang kami
temui dipinggir sungai, “sudah sekitar 20
tahun lebih jembatan disini rusak, terakhir ada sekitar tahun 1995, itupun
jembatan bambu” ujarnya,
“mudah-mudahan bisa direalisasikan ya pak...” tambah warga tersebut penuh
harap.
Sekitar 2 jam Tim Relawan DT Peduli ditemani Kepala Desa
Cepoko dan beberapa warga melakukan pengecekan dibantaran sungai, menyeberangi
sungai ke Dukuh sebelah dan juga menerbangkan Drone untuk mengecek kondisi
sekaligus mengukur lebar sungai. Setelah dirasa cukup data terkumpul, tim
kembali ke Balai Desa Cepoko untuk sedikit membahas hasil survei dan
kemungkinan-kemungkinan realisasi jembatan bersama Kepala Desa dan beberapa
perangkat desa yang sudah menunggu di Balai Desa dan sudah menyiapkan Kopi
Panas. Perlu diketahui bahwa jarak Balai Desa dan Kantor Desa Cepoko dengan
sungai tempat penyeberangan yang disurvei tadi hanya sekitar 500 meter.
“Mudah-mudahan bisa
segera dibuatkan jembatan ya pak...” ujar salah satu perangkat desa yang
tidak mau disebut namanya, sambil menyeruput kopi. “Inshaallah... mudah-mudahan
pak” jawab Kang I’ip, salah satu relawan DT Peduli yang juga komandan lapangan
Jembatan Peduli Negeri yang asli orang Sunda, Bandung, Jawa Barat dan punya
nama lengkap Saeful tersebut. “Aamiin...”
kompak semua menjawab seolah dikomando. “Tergantung
menunggu keputusan Mas Bayu...” tambah Kang I’ip, sambil menengok ke Mas
Bayu selaku bagian program DT Peduli Cabang Surabaya.
“Kami susun Rencana
Anggaran dulu” kata Mas Bayu, “kami
juga sangat berharap jembatan ini segera bisa kami kerjakan” tegasnya.
Obrolan diakhiri dengan makan siang bersama diwarung pinggir
sawah yang berjarak sekitar 1 km dari Balai Desa Cepoko. “Mohon ma’af disini adanya cuman warung begini...” kata Pak Kholid,
disela-sela kami menikmati Nasi Lodeh lauk Tahu dan Telur Ceplok. “Sambelnya kurang nih...” celetuk Kang
I’ip yang asli Sunda dan terkenal suka sambel pedas dan lalapan.
“Hati-hati kang...
salam buat temen-temen di Bandung” kata-kata penutup yang kami (penulis)
teriakan ke Kang I’ip dan kawan-kawan yang memang sudah sangat akrab dengan
kami. “Siap... CERIAKAN” jawaban khas
Kang I’ip yang sering sekali dan selalu terlontar dari mulutnya maupun
postingannya di Media Sosial.
Sambil kami melambaikan tangan dengan penuh harap Jembatan
Peduli Negeri sepanjang kurang lebih 70 meter tersebut bisa terealisasi.
Aamiin. (DD)