Barang bajakan atau palsu atau abal-abal atau apalah istilahnya, pasti kualitasnya kurang bagus, kurang awet,kurang maksimal dalam fungsinya,kurang enak dipakenya, kurang... kurang dan kurang (kalo di Indonesia diperhalus dengan kalimat lebih yaitu lebih jelek,lebih kasar,lebih cepat rusak,lebih... lebih dan lebih) kalo dibandingkan dengan yang asli atau original. Dan ternyata barang-barang abal-abal ini lebih banyak peminatnya dibanding yang asli karena alasan klasik yaitu lebih murah (tetap lebih).
Dan ternyata lagi, tidak hanya lebih tapi juga menguntungkan (bagi produsennya sih... pasti).
Hal ini sudah dibuktikan oleh salah satu temen, yg membeli Handphone abal-abal tapi dengan merk terkenal didunia (nggak usah disebut merknya karena gw nggak dibayar untuk promosi ... hehehehehe) yg keypadnya buuaaanyak (gw ampe bingung mencetnya) dan ternyata dia lebih banyak merasakan untungnya dari pada ruginya.Pertama lebih murah (1/4 nya harga yang asli), kedua lebih gaya dibanding temen-temen yg lain,ketiga lebih banyak keypadnya (hahahaha...) dan keuntungan yg paling berkesan terasa setelah kira-kira 5 hari pemakaian,tepatnya waktu ada tamu tak diundang datang kerumahnya sekitar jam 4 subuh ... "UNTUNG GW NGGAK BELI YANG ASLI" katanya. Rupanya simaling juga pengen ngrasain kelebihan barang bajakan atau dia memang nggak ngerti atau bisa juga dia sekarang sedang memaki diri sendiri "sial gw ketipu".
Tapi yg pasti tetap lebih banyak lebihnya dari pada kurangnya ... (kalo nggak percaya hitung aja dari baris pertama sampai terakhir).
Dan yg pasti juga... tetap lebih untung malingnya.
kalo kita pengen bangsa ini maju, pertama2 harus dirubah dr prilaku kita sendiri yg suka sama barang2 bajakan/abal-abal/tiruan. Karna barang abal-abal nggak bakalan awet karna kualitasnya pasti kurang dan gak bayar pajak ke negara, biarpun uang pajak sebagian dikemplang gayus ma konco2nya, tp ada juga kan sebagian yg buat rakyat. Hari gini (make barang bajakan) gak bayar pajak .....Apa kata dunia!!!!!!
BalasHapus